Bagi yang sedang bingung ingin kemana. hmm.... Kota Cirebon yang
terletak di jalur utara pulau jawa bisa kok jadi pilihan yang menarik.
Ketika
memasuki kota udang ini sudah dapat ditemui sebuah sungai dengan nama
yang cukup menarik yaitu sungai sukalila. sungai ini memiliki arti
sukarela yang konon ada orang Arab (Syeh Magelung Sakti*) yang rambutnya
tak bisa dipotong dan dateng ke jawa untuk mencari orang sakti yang
dapat memotong rambutnya. Nah pada saat itu Kanjeng Sunan Gunung Jati
yang sedang menyamar menjadi rakyat biasa memberikan bantuan secara
sukarela dan dengan kesaktiannya dia bisa memotong rambutnya.
Kunjungan
pertama dalam wisata kali ini adalah Mesjid Agung Sang Cipta Rasa.
Mesjid ini dibangun oleh walisongo pada tahun 1498 atas prakasa Kanjeng
Ssunan Gunung Jati. Nama mesjid ini diberikan karena merupakan
pengewantahan dari rasa dan kepercayaan. Masuk dalam mesjid ini ternyata
ada beberapa hal yang unik dan perlu diketahui dari mesjid ini.
Satu, ada sumur yang tak pernah kering meskipun di tengah kemarau dimana
zaman dahulu ketika sungai yang lainnya kering, warga datang ke
tempat ini untuk mengambil airnya.
Dua, ada penanda waktu untuk melakukan azan alias menggunakan jam matahari. Ane pikir jam matahari hanya ada di eropa.
Tiga, pas adzan yang membacakan doanya 7 orang sekaligus dan masih dilakukan setiap jumatan untuk melestarikan tradisi.
Konon tiap kali membacakan doa (1 orang) beberapa hari berikutnya orang tersebut meninggal jadi dilakukan bersama-sama.
Empat, anda bisa melihat beberapa ukiran-ukiran yang mana salah satunya adalah motif bendera Tjirebon.
Perjalanan
kemudian dilanjutkan ke Keraton Kesepuhan. Jarak keraton ini dengan
Mesjid Agung Sang Cipta rasa kira-kira 50 meter. Disini, akhirnya dapat
diketahui bahwa tata kota telah ada sejak dahulu. Ketika kita berada di
pintu masuk ke Keratonan, Kita akan melihat bahwa di sebelah kanan
terdapat pasar (untuk pemenuhan kebutuhan hidup), di tengah terdapat
alun-alun (kehidupan sosial), dan di sebelah kiri adalah mesjid
(kebutuhan rohani) dan keraton sebagai pusat pemerintahan. Keraton yang
didirikan pada tahun 1452 menyimpan pedati terbesar se-Indonesia.
Keraton ini dulunya bernama Keraton Pangkuwati. Namanya berubah sejak
didirikan keraton Kanoman. Di dalam keraton ini ada obyek pemotretan
yaitu dua ekor macan di atas batu yang merupakan simbol dari keterkaitan
Tjirebon dan Padjajaran. Masuk ke dalam keraton ini bisa ditemui bangku
dan kursi made in cirebon dengan design made prancis. Untuk yang ingin
mengetahui isi Alkitab dan males bacanya bisa dilihat di
tembok-temboknya ada gambar-gambar yang menggambarkan isi alkitab
tersebut. Akan tetapi pemasangannya tidak beraturan. Oyah tak lupa ada
juga gambar buah manggis dan buah delima. Yuk kita telusuri lagi ke
bagian dalam keraton ini ternyata banyak pendopo-pendopo. Disini ada
bagian yang mana wanita tidak diperbolehkan masuk ( hehehe berbahagialah
para pria). Konon Sunan Gunung Jati ketika udah beristri masih ada yang
melamar lohhhh.... ceweknya katanya sih dari negeri Tiongkok dan High
Qualified alias udah cantik, gadis, pinter, kaya, anak raja dan sukarela
pula. Kurang apa lagi jadi yang berminat banyak yang naksir ke kolam
pancing ajah yah ( hehehehe nda jelas). Ok sekarang kita PINTONG alias
(pindah tongkrongan)...
Tongkrongan selanjutnya adalah Keraton
Kanoman. Di sini ada kereta yaitu kereta paksi naga liman ( Kendaraan
Sultan) dan Kereta Jempana ( Untuk Permaisuri). Pada hari jadi Tjirebon
di tempat ini biasanya ada upacara pembacaan Babat Cirebon. Btw
ngomong-ngomong tentang kereta, di keraton kesepuhan juga ada kereta
singa barong. Kereta ini merupakan gabungan dari tiga hewan dan tiga
kebudayaan. Hewan-hewannya adalah naga, gajah dan garuda. Naga (budaya
Tiongkok) melambangkan kelincahan, kecerdikan dan kekreatifitas. Gajah
(budaya india dan arab) melambangkan kekuatan dan garuda (buda india dan
arab juga) melambangkan kecepatan dan kekuatan. Oyah sebelum lupa di
belalai gajahnya terdapat senjata trisula yang menyimbolkan tiga
ketajaman yaitu cipta, rasa dan karsa.
Keraton KeCirebonan yang
merupakan perjalanan selanjutnya disebut juga keraton para pemberontak
dan para seniman. Jadi konon pada zamannya kompeni dateng ke cirebon si
penguasa Cirebon Sultan Sepuh 1 tidak suka sama kompeni jadi banyak
sekali pemberontakan-pemberontakan (zaman ini belon ada keraton
kecirebonan). Jadi inilah cerita dibalik berdirinya keraton kecirebonan,
Sultan Sepuh 1 punya istri tapi tak punya anak, selirnya punya anak
cowo dan ganteng pula (dipati Anom). Jadi siapa raja selanjutnya dapat
diketahui khan. Setelah sekian lama istri dengan doanya akhirnya
melahirkan anak cowo (pangeran Aria Cirebon). Ribettttt deh..... Yah sok
pokoknya pada akhirnya Aanak pangeran Aria Cirebon menagih bla2x,...
sehingga didirikannya keraton kecirebonan. Untuk tahu pastinya baca
sendiri sejarahnya yah. Ada dua hal yang perlu diketahui yaitu keraton
ini berfungsi sebagai tempat tinggal dan masih berfungsi hingga saat
ini. Kedua karena anak dari selir telah dijadikan sultan dan tidak
diperbolehkannya ada dua sultan maka nama sultan untuk anak dari
permaisuri bisa dianggap ada dan bisa dianggap tidak, makanya jadi
pangeran. Balik lagi keraton ini disebut sebagai keraton seniman karena
banyak seniman yang berguru di keraton ini dan ada sanggar gamelan dan
budaya lainnya. Dahulu kesenian Tjirebon pernah go internasional akan
tetapi saat ini tenggelam kembali dan dahulu pula ada orang bule yang
dapet gelar master musik gamelan dan belajarnya di keraton kecirebonan
ini (sebagai informasi ajah).
Hari
kedua pejalanan pertama menuju ke Tamansari Gua Sunyaragi. Sunyaragi
berasal dari kata sunya yang berarti sepi dan ragi yang berarti jasmani.
Jadi gua yang didirikan pada abad 15 ini bisa diketahui fungsinya yaitu
tempat untuk istirahat dan meditasi para sultan dan pada tempat ini
pula digunakan untuk latihan perang. Tempat ini adalah tempat favorit
gue untuk foto-foto karena tempatnya bagus. Perjalanan dilanjutkan ke
Kelenteng Dewi Welas Asih Tio Kak Sie. Ternyata di Tjirebon ada klenteng
atau vihara juga. Di kelenteng ini banyak sekali yang menarik. Pertama
banyak dewa-dewanya dimulai dari dewi Quan Im, dewa laut, dewa bumi,
dewa walikota, dewa dagang dan masih banyak lagi. Kedua di
tembok-temboknya ada gambar yang menceritakan tentang tiga kerajaan kata
yang ngurus kelentengnya. Ketiga ada sebuah jangkar yang dianggap salah
satu jangkar milik Ceng Ho. Guede banget sekitar 3,5 meter tingginya.
Ini adalah akhir dari perjalanan ke tempat sejarahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar